2009年8月18日星期二

2009年4月27日星期一

2007年11月21日星期三

Album Toni





My Baby

















Keluarga Harmonis Menurut Alkitab

Keluarga Harmonis Menurut Alkitab

I. Keluarga Kristen

a. Apakah yang membedakan keluarga/perkawinan Kristen dengan di luar Kristen?

b. Alkitab menegaskan bahwa Manusia adalah segambar dan serupa dengan Allah, artinya ada kedekatan/hubungan yang khusus/persekutuan antara Allah dan manusia (Kejadian 1:26-28). Keadaan ini memperlihatkan bahwa perkawinan orang Kristen bukanlah perkawinan sekedar suka sama suka atau saling mencitai belaka, akan tetapi perkawinan Kristen juga cerminan dari gambar Allah, ada keterlibatan Allah, ada persekutuan dengan Allah.

c. Hubungan laki-laki dan perempuan yang diwujudkan di dalam perkawinan Kristen memperlihatkan hubungan persekutuan yang unik sebab merupakan kehendak Allah dan persekutuan ilahi;

Total: persekutuan mencakup seluruh aspek kehidupan (Efesus 5 :23)
Ekslusif: Terbatas antara satu pria dan satu wanita saja (I Korintus 7:1)
Kontiniutas/inclissolubilitas: terjadi terus menerus sampai akhir hayat, tidak terceraikan/terbatalkan (Matius 19:6)
Kasih Kristus (Efesus 5:32-33)
d. Sekalipun laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan status yang sama dihadapan Allah namun keduanya tetap memiliki perbedaan fisik dan peran.
Suami sebagai kepala bagi istri/rumah tangga (Efesus 5:23; Kolose 3:16); menekankan fungsi bukan status atau derajat. Tanggung jawab kepada keluarga, kewajiban dengan kasih, setia, pengabdiaan, penyerahaan dan pengorbanan. Melindungi anak dan istri. Suami harus mengasihi istri, sebab keberadaan istrinya sebagai wanita (struktur organ tubuh dan jiwanya) membutuhkan sikap dan perlakuan kasih dari suaminya.
Tindakan istri kepada suami (tunduk) sama seperti tindakan jemaat pada Tuha yaitu penuh kesetiaan, cinta kasih, hormat, pelayanan, pengudusan dan ketaatan. Istri tunduk kepada suami sebab keberadaan suaminya sebagai pria (struktur tubuh dan jiwanya) membutuhkan perlakuan hormat dari istrinya sehingga suami diletakkan pada tempat yang benar.

e. Keluarga Kristen sebagai komunitas cinta kasih, komunitas hidup dan komunitas keselamatan.

Komunitas cinta kasih berarti keluarga adalah gambar dan citra Allah, cermin Trinitas (persekutuan di dalam kepelbagaian), berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan dan kepada siapa saja.
Komunitas hidup berarti tempat tumbuh bersama, bertambah dan berkembang untuk mengekspresikan gambar dan kesurapaan Allah, tempat anak-anak mendapatkan pendidikan paling dasar.
Komunitas keselamatan berarti Kristus hadir di dalam kehidupan keluarga dan melanjutkan misi penyelamatannya, keluarga sebagai gereja rumah tangga sebab di dalam rumah tangga orang tua menjadi pewarta iman kepada anak-anaknya melalui perkataan dan perbuatan/keteladanan. Keluarga sebagai evangelisasi, pemberitaan karya dan kabar baik bagi sekitarnya melalui praktek kehidupan keluarga.
II. Upaya membangun keluarga harmonis

1. Suami Istri sebagai patner dan berbagi perannya

Kemitraan saling melengkapi, tidak ada yang menjadi atasan dan bawahan
Suami istri perlu merencanakan dan mengembangkan bentuk kemitraannya dan pembagian peran dalam kehidupan keluarga agar ada keterlibatan bersama dan kemampuan yang ada dapat dikembangkan. Paradigma lama suami yang harus mencari nafkah sedangkan istri mengurus rumah saja, sekarang banyak istri yang bekerja/berkarier di luar rumah sehingga tidaklah salah jikalau suami juga berperan mengurus kehidupan dan tugas rumah tangga. Kemitraan dan pembagian tugas suami istri haruslah lebih mengutamakan kebahagiaan keluarga bukan untuk kepentingan karier dan kepuasan diri sendiri.
2. Komunikasi dalam keluarga

a. Sharod miller dalam bukunya: Couple Communication, Talking and listening Together; mengerti diri sendiri dan orang lain baru cari cara berkomunikasi. Perhatikan apa yang dikatakannnya dan juga bahasa non verbal.

b. Kembangkanlah komunikasi yang baik:

Berbicara untuk diri kita sendiri dengan kata-kata; aku, saya, kita. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas apa yang kita katakan, tidak membuat orang lain marah dan salah paham, tidak merampas hak orang lain.
Katakan apa yang kita lihat, dengar, rasakan, terima dari sumber-sumber lain.
Ungkapkan apa yang kita pikirkan, keyakinan, tafsiran dan penghargaan kita.
Nyatakan perasaan kita secara langsung.
Ungkapkan kemauan dan keinginan anda.
Ungkapkan dan jelaskan tindakan anda.
Mendengarkan apa yang dikatakan oleh pasangan, bisa mengerti apa pikiran, perasaan, kemauan dan tindakan pasangan anda.
c. Penghambat komunikasi dalam keluarga:

Salah satu atau keduanya bersikap tertutup.
Salah satu tidak mampu menyampaikan atau menangkap apa yang dikomunikasikan pasangannya.
Suasana komunikasi yang tidak menguntungkan, misalnya emosional, pemaksaan kehendak/otoriter.
Adanya perasaan negatif, perasaan tidak puas.
Catatan: dalam komunikasi yang penting bukan panjangnya pesan tetapi seberapa jelas pesan yang disampaikan.

3. Seks dalam perkawinan:

Seks adalah anugrah Allah yang perlu dikembangkan oleh manusia sebagai wujud cinta kasih suami istri dalam pernikahan (Kejadian 1:27: I Korintus 7:3-4)
Suami istri perlu mengupayakan agar hubungan seksualitas adalah hubungan yang saling memuaskan kedua belah pihak bukan sepihak; mengenal pola seksual masing-masing pasangan, suasana yang baik pada saat melakukan hubungan seksual, komunikasi suamu istri mengenai seksual secara terbuka tentang perasaan dan penghargaannya.

4. Sikap suami istri dalam perkawinan:
a. Saling menerima apa adanya, dengan kelebihan-kekurangan, keunikan masing-masing.
b. Berusaha menyesuaikan diri.
c. Saling memberikan perhatian dan penghargaan.
d. Saling mempercayai.

5. Pertumbuhan iman anggota keluarga:

Iman mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang.
Peranan orang tua menumbuhkan iman di tengah-tengah keluarga sangat mutlak bagi anggota keluarga; melalui perkataan dan keteladanan mereka (Ulangan 6:1-9; Amsal 1:8-19; Amsal 4; II Timotius 1:5)
Pertumbuhan iman harus diupayakan terus menerus sebab merupakan suatu proses yang terus berlangsung dalam kehidupan. Keluarga perlu mengupayakan pertumbuhan iman anggota Keluarga melalui Pembinaan spritualitas dalam keluarga; kebaktian keluarga, saat teduh, keterlibatan dalam kehidupan bergereja, menumbuhkan rasa kepekaan sosial, makan bersama, rekreasi bersama dll (I Timotius 4:6-16).
6.Masalah keuangan:

Uang adalah anugrah Allah yang dititipkan kepada kita untuk dikelola dan dipertanggungjawabkan ( Lukas 16:1-9).
Uang adalah sarana hidup kita bukan tujuan hidup, karena itu kita perlu mengendalikan keuangan keluarga, bukan menjadikan harta sebagai tuan di dalam keluarga ( Matius 6:19-24).
Kita perlu senantiasa bersyukur sebab Allah menyediakan kebutuhan kita (I Tawarikh 29:11-12).
Marthin Luther menegaskan bahwa ada 3 kebutuhan pertobatan manusia, yakni pertobatan hati, pikiran dan dompet. Artinya bukan hati dan pikiran kita saja yang perlu diperhatikan tetapi cara kita mengelola keuangan kita.
III. Keluarga yang diberkati

Jikalau Tuhan yang membangun rumah/keluarga tersebut (Masmur 127:1).
Jikalau keluarga takut akan Tuhan (Masmur 128:1).
Jikalau keluarga tetap mencari Tuhan dan melakukan yang berkenan bagiNya (Amos 5:14-15).
Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkanNya pada mu (Matius 6:33).
Jikalau rejeki dan segala yang diterimanya disuykuri sebagai pemberian Allah (Mamur 127:2).
Jikalau Keluarga dengan sehati beribadah kepada Allah (Yosua 24:16).
Jikalau dapat diam bersama dengan rukun (masmur 133).
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh yang seorang mengangkat temannya, tetapi bagi orang yang jatuh yang tidak mempunyai orang orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas. Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pengkhotbah 4:9).

“…..Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Matius 19:6).

“Bertolong-tolonganlah kamu menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6:2).

Tulisan ini dipublikasikan pada hari/tanggal Saturday, October 6th, 2007 jam 9:43 am dan dimasukkan dalam kategori 25 Renungan. Untuk mengikuti tanggapan pada tulisan ini, silahkan menggunakan RSS 2.0 feed. Anda dapat memberikan tanggapan atau trackback dari website anda.